PORTALMAKASSAR.COM, GOWA – Tingginya intensitas curah hujan dalam kurun waktu pekan ini dipastikan makin menambah beban bagi area bendungan Bili-Bili.
Kondisi konstruksi Sand Pocket dan Sabi Dam yang berfungsi untuk menahan laju sedimen yang masuk ke area bendungan di pastikan tidak akan berfungsi maksimal lagi, disebabkan konstruksinya dalam kondisi rusak parah.
Akibatnya proses pendangkalan akan terus terjadi di area bendungan, kapasitas daya tampung air akan terus melorot, dampak besarnya adalah proses pengelolaan air untuk pengairan, kebutuhan air bersih sampai suplayer untuk aliran listrik juga akan terganggu.
Adanya langkah Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang ( BBWSPJ ) melakukan koordinasi dengan semua pihak, baik Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten serta jajaran aparat hukum seperti Kapolda, Pangdam, Kapolres Gowa dan Dandim 1409 Gowa sudah dilakukan untuk langkah penyelamatan lestarinya konstruksi Bendungan Bili- Bili.
Namun, aksi di lapangan baik berupa sosialisasi dan koordinasi kepada pihak penambang belum dilakukan. Realitas ini menuai perhatian serius dari aktivis lingkungan hidup Gowa.
Hirsan Bachtiar mengatakan bukti dari radikalnya pengelolaan hutan,kawasan air dan sumber daya alam lainnya mengakibatkan bencana besar yang merugikan semua pihak, dirinya berharap komitmen semua pihak untuk melakukan langkah pencegahan terhadap penyelamatan lingkungan di Gowa.
“Salah satu langkah yang cepat dilakukan adalah melakukan studi menyeluruh terhadap kondisi alam Gunung Bawakaraeng, Gunung Lompo Battang termasuk studi khusus di sepanjang aliran sungai Jeneberang dan Jenelata, langkah ini sebaiknya melibatkan semua pemegang kebijakan juga pihak swasta agar kesadaran kolektif terwujud, ujungnya adalah secara bijak, semua pelaku tambang memahami akan dampak dari bahaya aktivitas usahanya selama ini”urainya.
Hal senada diutarakan Muhammad Qodri Tapa, Pemerhati Lingkungan Hidup lainnya, menurutnya proses penertiban aktivitas tambang di area sungai Jeneberang secepatnya perlu dilakukan.
” Pendataan awal, penyajian dampak yang ditimbulkan dari kerusakan bangunan bendungan, pembentukan tim terpadu yang melibatkan semua unsur dalam langkah study kelayakan”urainya.
Keduanya mengakui sedang melakukan aksi soliditas dengan rekan aktivis lingkungan hidup di Gowa dan Sulsel.
“Awal Februari, kami akan gerak melakukan pendataan area di sepanjang sungai Jeneberang, pendataan potensi masalah untuk menjadi langkah awal penyelamatan asset negara dan alam” urai dua aktivis lingkungan hidup tersebut.