PORTALMAKASSAR.COM — Atlet yang bertarung di Pra PON XX menjerit. Begitu juga dengan pengurus cabang olahraga (Cabor). Minimnya anggaran yang disiapkan oleh Pegprov Sulsel menjadi penyebab.
Salah satunya atlet tinju Sulsel yang akan bertarung pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Pra PON XX di Ternate, Maluku Utara, 20-27 September 2019. Dana yang disiapkan Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Sulsel, hanya Rp 221 juta dari Rp 300 juta yang pernah dijanjikan.
Untuk diketahui Cabang Olahraga (Cabor) tinju masuk dalam cabor prioritas 1. Sebab pada PON XIX 2016 di Jawa Barat, tinju salah satu dari 12 cabor yang menyumbang medali emas melalui atletnya Alex Tatontos.
Dari 227 juta anggaran yang disiapkan, Rp 129 juta uang transpor enam atlet dan satu pelatih yang digunakan untuk berlatih selama enam bulan persiapan menuju Pra PON. Masing-masing atlet mendapat jatah Rp 3 juta dan pelatih Rp 3,5 juta perbulan. Dibayar mulai April sampai September 2019. Sementara enam atlet dan dua pelatih, terpaksa menggunakan dana pribadi.
Sementara sisa anggaran lainnya Rp 98 juta. Anggaran tersebut untuk biaya perjalanan, makan, akomodasi selama selama 9 hari, tiket pergi –pulang, Makassar – Ternate, kostum bertanding dll. Itupun hanya boleh dicairkan 30 persen dari Rp 98 juta. Ironis memang.
Pengprov Pertina Sulsel di ajang ini hanya mengirim 12 atlet dan tiga pelatih. Meski sebenarnya ada 17 kelas yang dipertandingkan. Lima kelas lainnya tidak diikuti karena persoalan anggaran. Padahal lima atlet tersebut telah lolos seleksi.
‘’Kami terpaksa mengirim 12 atlet saja. Sementara yang dibiayai Dispora Sulal hanya 6 atlet dan satu pelatih. Sisanya, biaya pribadi pengurus. Sebab dana yang disiapkan oleh Pengprov Sulsel sangat-sangat minim. Untuk biaya makan atlet saja ga cukup. Sungguh tragis memang,” ketus Ketua Pengprov Pertina Sulsel, Adi Rasyid Ali seperti dikutip dari Infosulsel.com.
Ia kemudian membandingkan dengan anggaran KONI Makassar dan Dispora Makassar yang jauh lebih banyak dibanding yang dianggarkan oleh Pengprov Sulsel.
Sebagai ketua pengurus cabor, ARA mengaku harus putar otak untuk bisa membiayai 17 orang skuad cabor tinju yang akan bertarung demi membawa nama Sulsel di Pra PON.
Hal senada dikatakan Muhammad Tawing. Ketua Pengkot Pertina Kota Makassar yang ditunnuk menjadi manajer tim tinju Sulsel, menyesalkan sikap para penentu kebijakan yang seakan tidak punya hati nurani memikirkan nasib para atlet.
‘Atlet dan pengurus cabor dituntut berprestasi. Tapi Pemprov Sulsel tidak menyiapkan anggaran yang cukup. Yang ironisnya lagi wakil rakyat yang diharap bisa memperjuangkan aspirasi rakyat yang memilih mereka jadi anggota DPRD malah seperti buta dan tuli,” timpal Sri Syahril, Humas Pertina Sulsel.
Menurut dia, sangat tidak masuk akal dana Rp 10 Miliar dianggarkan untuk pembinaan dan prestasi olahraga yang jumlahnya lebih 40 cabor. Sementara tahun 2019 seluruh cabor melaksanakan Pra PON.
‘’Di mana otaknya wakil rakyat itu. Koq mereka tidak mikir. Saya kira ini karena mereka terlalu egois dan mementingkan dirinya sendiri,” tegas wartawan olahraga senior yang sudah 31 tahun menekuni profesinya, itu.
Ia berharap kedepannya peran KONI Sulsel dikembalikan dalam mengelolah anggaran prestasi olahraga.
‘’Atlet itu bertarung demi membawa nama baik Sulsel di level nasional. Bahkan di dunia internasional membawa nama harum bangsa Indonesia. Koq keringat dan prestasi mereka tidak dihargai. Saya kira ini sebuah kesalahan besar yang dilakukan oleh DPRD Sulsel yang mengalihkan anggaran prestasi olahraga dari KONI Sulsel ke Dispora Sulsel,” ujarnya.
Kadispora Sulsel Sri Endang Sukarsih dan Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Sulsel, Dr Muchlis Mallajareng mengaku tak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi ini.
‘’Mau diapa lagi. Kondisi anggaran memang minim. Dana yang tidak seberapa itu harus dibagi ke 45 cabor,” katanya.
‘’Sekarang ini memang lagi dilakukan rasionalisasi anggaran. Jadi kami tak bisa berbuat apa-apa. Anggaran yang tersedia juga minim,” timpal H Muchlis.(*)
(Infosulsel)