PORTALMAKASSAR.COM – Sama-sama dibesarkan Partai Golkar, klan Yasin Limpo dan Halid nyaris tak pernah sehaluan. Hampir dua dekade, perseteruan dua imperium politik ini sudah menyala-nyala.
Tapi tak ada musuh abadi dalam politik. Pilwali Makassar berpeluang menyatukan keduanya.
Berikut ini cerita panjang trah YL dan Halid yang dibaluri banyak gesekan.
Saat suksesi Gubenur Sulsel 2003, Partai Golkar menduetkan HM Amin Syam-Syahrul Yasin Limpo. Nurdin Halid yang sejak awal tak respek dengan pasangan ini berbelok haluan.
Ia turut mencalonkan diri dengan menggandeng Iskandar Mandji. Nurdin juga merangkul Ilham Arief Sirajuddin.
Ilham adalah politisi muda partai beringin. Ia dikenal dekat dengan keluarga SYL.
Karena ideologi politik yang sejalan, Ilham dengan berani membangkang pada keputusan Golkar. Ia mendukung Nurdin.
Sayang, cerita ini berakhir dengan kekalahan Nurdin.
Setelah kalah di suksesi, Nurdin berlabuh ke kancah politik nasional. Sejak itulah rentetan perseteruannya dengan Syahrul terus abadi.
Di Pilwalkot 2013, Nurdin kembali terlibat psywar dengan SYL. Nurdin ngotot menduetkan Supomo Guntur dengan adik kandungnya, Kadir Halid.
SYL tak setuju. Gubernur Sulsel dua periode itu menolak Kadir Halid sebagai pendamping Supomo.
Ia menginginkan mantan Sekkot Makassar itu diduetkan dengan Farouk M Betta. Tapi campur tangan DPP memutuskan “perkawinan paksa” Supomo-Kadir.
SYL membuka poros baru. Ia mendorong adik kandungnya, Irman Yasin Limpo (None) bertarung di pilwali.
None maju berpasangan dengan Busrah Abdullah. Poros dadakan ini memutus keseimbangan Partai Golkar.
Misi SYL mengacak-acak soliditas Golkar Makassar berhasil. Suara Supomo-Kadir jeblok.
Tapi sayang poros SYL juga harus menerima kenyataan gagal mengatasi elektabilitas Danny-Ical. Danny-Ical yang disokong Ilham Arief Sirajuddin memenangi pilwalkot.
Sama-sama tumbang, tidak lantas memutus gesekan politik keduanya. Nurdin bergerilya di DPP. Sementara SYL semakin menancapkan pengaruhnya di Sulsel.
Perpecahan di DPP Partai Golkar yang melibatkan kubu Aburizal Bakrie dengan Agung Laksono sejak 2014 kembali memicu ketidakharmonisan SYL-Nurdin. Puncaknya, ketika SYL memutuskan maju di Munas Golkar tahun 2016.
SYL saat itu menjabat Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel. Di munas Golkar, SYL gagal. Setya Novanto terpilih.
Gagal di munas, SYL menghadapi sentimen friksi politik dari kubu Setya Novanto. Mantan Bupati Gowa itu digoyang.
Novanto kemudian memanfaatkan Nurdin Halid sebagai pion untuk melengser SYL dari kursi Ketua Golkar Sulsel. Skenario ini berjalan mulus. SYL dilengser.
Selanjutnya Novanto menunjuk Nurdin sebagai plt Ketua Golkar Sulsel. Pergantian ini terjadi saat Partai Golkar sedang menghadapi dua momen politik krusial. Yakni Musda Golkar Sulsel dan Pilgub 2018.
Banyak kader menyebut, “kudeta” terhadap SYL untuk memutus pengaruh imperium Yasin Limpo di Sulsel. Nurdin juga punya kepentingan besar di sana.
Terutama untuk menjegal Ichsan Yasin Limpo maju di pilgub. Ichsan adalah gen penerus klan Yasin Limpo setelah SYL.
Ia telah disiapkan meneruskan kekuasaan kakak kandungnya. Nurdin yang sudah mengalkulasi kekuatan Ichsan di DPD II menunda musda tanpa batas waktu.
Misinya jelas. Untuk membelah soliditas DPD II yang condong mendukung Ichsan.
Karena jika musda terlaksana saat itu, Ichsan berpeluang besar terpilih. Artinya, klan Yasin Limpo akan kembali mengendalikan Golkar.
Nurdin sudah berhitung soal kemungkinan itu. Karenanya, setelah SYL, ia juga mendepak Ichsan dari kepengurusan partai.
Tak ada lagi darah Yasin Limpo di Golkar. Nurdin pelan-pelan mengendalikan Golkar Sulsel. Para loyalis SYL mulai ia rangkul.
“Mungkin demikian misinya. Ada kekhawatiran kelompok tertentu kalau SYL tidak dilengser, Ichsan YL berpeluang mengendarai Golkar di pilgub,” terang pengamat politik, Juanda H Alim kepada Portalmakassar.com.
Apakah penunjukan Nurdin mengusung misi seperti itu? Juanda mengatakan, spekulasinya bisa demikian. Karena dari sejarahnya, Nurdin dengan keluarga SYL memang tak pernah begitu harmonis.
Terlihat bahwa upaya itu memang untuk memotong dominasi trah Yasin Limpo yang begitu mengakar di Sulsel. Tapi menurut Juanda, setidaknya misi Nurdin berhasil. Ia menghentikan ambisi Ichsan mengendarai Golkar di pilgub.
2018, Nurdin menuntaskan misi lamanya. Ia maju di pilgub mengendarai Golkar. Sayang ia harus gagal.
Ichsan juga bernasib sama. Ia gagal. Dua imperium politik ini sama-sama tumbang.
Tapi perseteruan mereka sepertinya akan reda di 2020. Itu setelah Partai Golkar mengusung Irman Yasin Limpo (None) di Pilwali Makassar.
None direkomendasikan berpasangan dengan dengan Andi Zunnun. Zunnun adalah putra Nurdin Halid.
Keduanya sama-sama penerus dinasti politik. None adalah gen ketiga Yasin Limpo setelah SYL dan mendiang Ichsan YL.
Sedang Zunnun adalah generasi kedua trah Halid.
Nah akankah akhirnya klan ini menyatu. Kita tunggu.