PORTALMAKASSAR.COM, GOWA – Sebanyak 23 mahasiswa dan seorang dosen perguruan tinggi di Makassar yang terjebak di terowongan Jeneberang tepatnya di Sabo 7.1 Bonto Lerung, Kecamatan Tinggimoncong, Gowa, nyaris jadi korban.
Awalnya mereka datang dalam tiga rombongan ke lokasi tersebut untuk berlibur sambil menikmati panorama alam di sepanjang jalur sungai Bawakaraeng yang memasuki area bendungan.
Dari data yang dihimpun ke 24 orang tersebut memarkir kendaraan mereka di Jembatan Merah Daraha, kemudian berjalan kaki sejauh 1 km lebih menyusuri aliran sungai di bagian hulu Jeneberang. Tujuan mereka adalah Sabo Dam 7.1, sebuah area yang berada di bawah Gunung Bawakaraeng.
Lokasi tersebut memiliki sarana air terjun dan terowongan yang dikenal luas memiliki pesona alam yang unik. Ketiga rombongan tersebut datang tidak berbarengan, l dan bertemu tepat dibawah terowongan, namun ketika hujan mulai turun sekitar pukul 13.45 siang semuanya kompak untuk balik ke arah jembatan Daraha dimana kendaraan mereka di parkir.
Jarak untuk sampai ke jembatan merah ditempuh sekitar 1 jam. Volume hujan yang terus bertambah bersamaan dengan jumlah volume air di sungai juga terus meningkat, akibatnya perjalanan pulang ke jembatan Daraha pun mengalami rintangan.
Arus air yang besar dan kuat mengakibatkan mereka berjalan pulang sangat lambat karena bergerak di atas bebatuan besar yang berada di dalam badan sungai. Sambil menghindari arus air yang terus membesar yang bergerak menuju area bendungan Bili-bili.
Arus terus membesar dan kencang sehingga perjalanan mereka tersendat hampir 4 jam. Ketika volume air terus membesar, rombongan tersebut akhirnya sepakat untuk menyatu dalam satu rombongan, mereka pun memilih bebatuan besar dan tinggi agar selamat dari terjangan arus sungai Jeneberang yang makin kencang.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 sore, dua orang diantara mereka memilih mengambil aksi nekat dengan menerobos kencangnya arus sungai dengan menggunakan sebuah bambu yang terseret arus sungai.
Aksi kedua mahasiswa tersebut berhasil sampai di pinggir sungai Jeneberang. Karena lokasi jauh dari pemukiman, kedua mahasiswa tersebut pun meminta pertolongan ke penduduk warga kelurahan Bonto Lerung.
Muhammad Saleh warga Bonto Lerung yang juga merupakan aktivis Sabo Dam menuturkan, sejak jam 16.45 WITA warga kelurahan heran melihat banyak kendaraan di parkir di area Jembatan Merah Daraha, padahal sudah petang apalagi hujan terus mengguyur.
“Seluruh warga sudah curiga melihat itu sehingga ketika dua orang dari mereka meminta tolong seluruh warga langsung bergerak,” ujar Muhammad Saleh kepada Portal Makassar Biro Gowa sekitar pukul 21.30 malam tadi.
Kabar ini langsung menyebar ke seluruh warga kelurahan sehingga dalam waktu yang singkat ratusan warga pun bergerombol mendatangi lokasi, sebaagian melaporkan ke Polsek Tinggi Moncong.
Muchtar salah satu rombongan mahasiswa dari UMI menuturkan sebuah kesyukuran ketika malam hampir tiba, hujan mereda dan volume air menurun namun derasnya masih sangat kuat, apalagi ketika bantuan datang setelah kedua rekan kami berhasil meminta pertolongan warga.
“Kami terus bertahan sebelum berhasil di evakuasi atas bantuan Polsek Tinggi Moncong, Basarnas dan warga termasuk aktivitas Sabo Dam. Betul pak nyaris kami semua jadi korban,” ujarnya.
Diketahui, evakuasi berjalan cukup lama karena banyaknya mahasiswa yang terjebak. “Evakuasi dilakukan sekitar 4 jam dan Alhamdulillah selesai sekitar pukul 22.00 malam, semuanya selamat dan mereka dibawa ke kantor Polsek Tinggi Moncong mengisi data sebelum diisikan pulang,” ujar Suardi Babinkantibmas Parigi yang ikut melakukan evakuasi.
Sementara Kaharuddin Muji Aktivis LSM Wakil Foundation, pemerhati masalah sungai Jeneberang menyatakan area yang didatangi ketiga rombongan tersebut memang berbahaya.
“Kami dari aktivitas lingkungan hidup tidak pernah merekomendasikan area tersebut dijadikan kawasan wisata walaupun memang areanya indah, zona ini masuk kategori rawan apalagi ketika hujan di hulu sering turun, akibatnya bisa fatal dan malam ini Alhamdulillah insiden ini bisa diatasi,” ujarnya.
Sampai pukul 22.30 Wita, lokasi jembatan Daraha masih sangat ramai. “Walaupun hujan, semangat warga untuk menolong sangat besar dan Alhamdulillah ke 24 orang tersebut berhasil di evakuasi dan selamat,” kunci Kaharuddin Muji.