Oleh: Suryani Magfira
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar)
PORTALMAKASSAR.COM – Pendidikan merupakan sumber penting bagi kemajuan bangsa, melalui pendidikan sumber daya manusia dapat meningkat dan berkualitas.
Oleh karena itu, setiap warga negara wajib mengikuti berbagai jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dengan berpendidikan maka kita dapat menilai sesuatu dengan baik atau buruk, plihan yang boleh dikerjakan dan yang tidak, mandiri, kreatif, dan mampu bersosialisasi.
Akan tetapi, saat ini masih banyak dari masyarakat khususnya para orang tua yang mulai menyekolahkan anaknya terlalu dini yaitu menyekolahkan anak terlalu cepat dan tidak sesuai dengan standar usia yang ditentukan pada jenjang pendidikan maupun taraf pertumbuhan dan perkembangannya.
Namun, apakah hal ini dapat berdampak baik atau buruk bagi si anak?
Mendaftarkan anak ke pra sekolah merupakan masa yang sangat dinantikan oleh para orang tua selama pertumbuhan anak. Hal ini merupakan langkah awal anak memasuki ruang lingkup yang nyata untuk mempelajari berbagai keterampilan dan mempersiapkan diri untuk menata masa depan dan pendidikan formal.
Pada usia 3-6 tahun biasanya orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah agar memperoleh pendidikan yang menjadi landasan peletakan kerangka dasar dalam kemampuan dan keterampilan anak.
Karena pada usia 0-6 tahun adalah fase keemasan (golden age) bagi tumbuh kembang anak, yaitu anak mengalami perkembangan pesat pada otak, menyerap informasi dan mempelajari hal-hal baru dengan cepat.
Hingga tak heran, jika orang tua berbondong-bondong menyekolahkan anak terlalu dini agar cepat pintar, dan mudah menyerap ilmu dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Bahkan menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi orang tua ketika suatu saat anak-anaknya mampu menyelesaikan studi lebih cepat yaitu pada usia muda.
Namun sayangnya, masih banyak orang tua yang belum memahami dan memperhatikan dengan baik jangka waktu dan usia anak yang tepat untuk mendaftarkan ke jenjang pendidikan pada anak usia dini sebagai pondasi utama dalam menjalani pendidikan.
Apalagi saat ini banyak sekolah-sekolah terbuka yang menampung anak yang masih relatif kecil. Mulai dari tiga tahun, empat tahun, hingga lima tahun. Tetapi, orang tua wajib mempertimbangkan dengan matang sebelum mengambil keputusan dalam mendaftarkan anak sekolah terlalu dini.
Karena hal ini tentu saja akan berdampak pada si anak, yang di mana pada usia 0-6 tahun tersebut anak masih membutuhkan stimulus dan kedekatan dengan orang tua, serta masa bermain anak.
Selain itu, dengan memaksa si kecil bersekolah pada usia yang terlalu dini dapat mengalami kesulitan dalam menyerap pelajaran, dan kesulitan menjalin pertemanan dengan teman sekelas yang tidak setara dengan usianya (lebih tua).
Banyak para ahli juga menentang atau tidak setuju akan perlakukan orang tua yang terlalu dini menyekolahkan anaknya. Karena akan berdampak pada kesehatan mental, otak, sosial, dan emosi anak. Bila anak tergolong cepat belajar dan memaksanya belajar kemudian mengirim mereka ke prasekolah dengan usia terlalu dini, maka dapat menganggu kesehatan mentalnya dan condong memiliki prestasi buruk di kelas dari teman-teman mereka, serta membutuhkan perhatian yang lebih terkhusus daripada teman sekelas mereka.
Mental anak yang belum sempurna berkembang akan mempunyai potensi terhadap gairah dan semangat belajar anak. Sehingga, anak akan merasa cepat jemu dan bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Orang tua yang tidak memahami akan hal tersebut, rentan membuat anak mengalami kondisi tertekan. Sebab, mereka harus menjalani proses belajar mengajar berbasis pendidikan formal yang cenderung bermajemuk dengan usianya masih terlalu dini.
Anak yang seharusnya menikmati kebahagiaan dengan dunia bermainnya, justru malah harus dihadapkan dengan pelajaran-pelajaran yang tidak semuanya sesuai dengan usia perkembangannya. Maka dari itu, alangkah baiknya orang tua dapat menunggu waktu yang tepat untuk menyekolahkan anaknya dan disesuaikan dengan tumbuh kembang anak agar perkembangan selanjutnya dapat berjalan sempurna.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya orang tua tidak membandingkan ataupun menyamakan anaknya dengan anak yang lain. Setiap anak akan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sama atau berbeda-beda.
Ada yang cepat dan bahkan ada yang lambat. Baik perkembangan dari kognitif, kecerdasan, intelektual, sosial dan emosi. Serta orang tua juga perlu memahami setiap tumbuh kembang anak yang dimulai dari masa pranatal, pascanatal, prasekolah, masa sekolah atau masa pubertas, dan masa odelensensi atau masa remaja.
Untuk itu, orang tua ataupun guru dapat pula memahami beragam karakter dan potensi yang dimiliki individu agar dapat menemukan strategi yang matang dalam menstimulus proses belajar secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (**)