PORTALMAKASSAR.COM – “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A’raf [7]: 31)
Pada ayat diatas telah memperingatkan kita sebagai manusia untuk menghindari makan dan minum secara berlebihan. Karena memang faktanya, makan dan minum secara berlebihan amat berdampak buruk pada tubuh kita. Terlebih pada Bulan Ramadhan, maka yang menjadi kebiasaan lama ialah ketika hendak berbuka, so? Akan nampak berbagai jajanan yang siap santap dengan jejeran indah di meja makan. Mulai dari es buah, jalangkote, kue kering, kue basah, sampai dengan kue kue-an. Begitupun pada saat sahur, jelas berbagai macam lauk pun akan menghiasi meja makan, belum lagi makanan penutup yang kembali menyantap berbagai jenis kue dan jajanan lainnya.
“Siapa coba yang ingin lapar di jam jam 08 pagi hanya karena menyantap makanan dengan kadar yang sedikit pada saat sahur?”
Anggapan itulah yang sering menjadi alasan mengapa terlalu banyak orang yang memaksakan makanan masuk ke dalam tenggorokan meski sebenarnya mereka sudah amat kenyang.
Namun pernahkah kita coba mencari tahu tentang anggapan ini dalam Perspektif Agama dan Medis? Dalam menangani hal seperti inilah, selain menambah pengetahuan pun rupanya akan menjadi penambah kekaguman kita terhadap Agama yang selalu saja sejalan dengan Dunia medis (Kedokteran). Dan salah satunya ialah jika membahas tentang kekenyangan yang rupanya merupakan pola hidup yang cukup buruk.
Seperti yang disebutkan dalam sebuah Hadits:
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Salim Al-Kalbi, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Jabir At-Tai; ia telah mendengar Al-Miqdam ibnu Ma’di Kariba Al-Kindi bercerita bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
“Tiada suatu wadah pun yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih jahat daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang sulbinya. Dan jika ia terpaksa melakukannya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya”
Jika dalam Agama sendiri telah diatur sesempurna mungkin tentang pembagian tempat dalam perut, maka sungguh tak wajar jika sebagai umat Islam kita masih kadang mengeluh akan gangguan pencernaan yang asal muasalnya berasal dari kekenyangan.
Sedangkan fakta ilmiahnya baru dikemukakan pada abad 20 oleh seorang ilmuan yang bernama Ivan Petrovich Pavlav ketika mempelajari getah lambung pada anjing. Ia membedah perut anjing tersebut kemudian mempelajari proses pencernaan makanan dan proses sekresi (pengeluaran) yang terjadi dalam pencernaan anjing. Hasilnya makanan itu perlu dicerna dan pencernaan tidak mungkin terjadi tanpa adanya pengeluaran (sekresi) getah lambung. Jika perut penuh dengan makanan, maka tidak ada lagi tempat untuk getah-getah pencerna.
Selain itu, bahaya kekenyangan dari segi medis sendiri selain yang dijelaskan oleh Ivan Petrovich Pavlav diantaranya ialah obesitas, infeksi usus besar, gangguan fungsi hati dan organ organ pencernaan. Maka berangkat dari sinilah akan mendorong kita lupa Berdzikir kepada Allah, memicu perbuatan maksiat, lepas mengendalikan nafsu. Bahkan dalam sebuah Hadits lain sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani dalam sanad Shahih, dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah Saw., bersabda
“Sesungguhnya orang orang yang kenyang di dunia adalah orang orang yang kelaparan di Akhirat kelak”
Perihal ini mengisyaratkan bahwa makan terlalu kenyang rupanya membuat seseorang semakin malas, mengabaikan kewajiban Agama, dan kewajiban sosial. Inilah maksud bahwa orang yang terlalu kenyang di dunia akan lapar di akhirat yakni karena berkurangnya ketaatan atau bahkan hilang sama sekali.
Sedangkan dalam riwayat lainnya Al-Bukhari dalam kitab Adh-Dhu’afa’ dan Ibnu Abi Dunya dalam kitab Al-Ju’ menyebutnya, bahwa Aisyah r.a berkata
“Cobaan pertama yang akan menimpa umat ini setelah Nabi wafat adalah rasa kenyang. Ketika suatu kaum itu perutnya kenyang maka badan mereka akan semakin gemuk, sehingga hati mereka lemah dan hawa nafsu mereka bertambah”
Seperti yang dikatakan hadits di atas bahwa rupanya terlalu kenyang akan membuat badan semakin gemuk, dan tentu ini sudah menjadi fakta yang benar adanya, bahkan dalam segi medis pun sudah banyak yang menguraikan mengenai perihal diatas. Namun bukan berarti setiap orang yang memiliki banyak makan pasti akan terlihat gemuk, karena kadang kita pun menemukan orang orang yang sangat doyan makan namun badannya tetap terlihat kurus, dan itu dikarenakan beberapa faktor yang salah satunya ialah seperti yang dijelaskan oleh dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik Yoga Devaera menyebutkan bahwa orang yang sudah makan banyak namun tetap kurus biasanya memiliki tubuh yang memerlukan energi yang cukup tinggi.
Sedangkan dalam agama sendiri memiliki badan yang gemuk karena faktor banyak makan dinilai sebagai sesuatu yang tidak baik, sebagaimana hadits riwayat at Thabrani dan ibnu abi Dunya, dengan sanad Jayyid, Al Hakim dan Al-Baihaqi, dari Ja’dah r.a., bahwa Nabi Saw., melihat seseorang yang gemuk sekali badannya. Lalu beliau bersabda seraya menunjuk dengan jari
“Seandainya yang besar adalah itu (Otak) bukan ini (Perut) maka lebih baik bagimu”
Hadits ini tidak semata mata tertuju pada mereka yang memang awal mulanya telah memiliki badan gemuk, namun hadits ini menerangkan bahwa pada dasarnya makan dan minum hanyalah untuk memperkuat diri demi mengajarkan amal Saleh. Adapun sifat rakus terhadap kenikmatan dan lezatnya berbagai jenis makanan serta lalai mengingat Allah bukanlah sifat orang yang beriman.
Sumber referensi : Ensiklopedia Akhlak Muslim oleh Prof. DR. Wahbah Az Zuhaili (Ulama Fiqih Kontemporer)