PORTALMAKASSAR.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS belum beranjak membaik. Hari ini, Rabu (8/4/2020) rupiah ditutup di level Rp 16.250/ dollar AS atau melemah 50 poin dari sehari sebelumnya.
Ekonom Sulsel, Sjamsul Rijal mengatakan, tekanan rupiah dipengaruhi oleh isu pandemi Corona di AS. Efek eksternal ini menjadi faktor paling dominan.
“Saat ini Amerika mengalami efek terburuk dalam sepekan. Ini membuat ekonomi global guncang. Dan rupiah sulit lepas dari tekanan,” jelas Sjamsu.
Sjamsu memperkirakan, situasi ini masih sulit diatasi. Rupiah menurut estimasinya, butuh empat sampai lima pekan lagi untuk bangkit.
“Semua tergantung situasi di AS dan Eropa. Kalau pandemi menurun sampai akhir April, ya ada kemungkinan rupiah stabil,” papar Sjamsu.
Ia tak menampik rupiah justru bisa menembus titik “didih”. Yakni pada kisaran 18.000 sampai 18.500.
“Pertarungannya di April ini. Bisa saja makin terperosok. Karena kita lihat kebijakan ekonomi nasional tak memberi dampak,” katanya.
Yang paling rumit kata Sjamsu adalah proses pemulihan ekonomi pascawabah ini. Ia memperkirakan prosesnya akan panjang.
Karena rupiah terlalu labil. Sentimen kecil di pasar dunia saja bisa membuatnya rontok dalam sekejap.
Dilansir Kompas.com, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan rupiah terdorong sentimen eksternal dimana bursa saham AS anjlok setelah muncul kabar angka kematian pandemi virus corona meningkat di New York Amerika Serikat dan Inggris.
Sebelumnya, Gubernur New York Andrew Cuomo melaporkan 5.489 kematian di negara bagian itu semalam. Kenaikan jumlah kematian juga terjadi di Spanyol untuk pertama kalinya dalam lima hari dimana kejadian ini juga mendorong pelemahan bursa Eropa sore ini.