PORTALMAKASSAR.COM – Pacaran, istilah yang bisa dikatakan cukup populer dikalangan muda mudi saat ini, maka tak heran jika hampir sebagian dari para muda mudi beranggapan bahwa menjalani masa muda tanpa pacaran adalah kesepian plus kerugian yang hakiki.
Namun lain halnya bagi mereka yang paham akan arti sebuah perzinahan yang sesungguhnya. Maka dengan berbagai cara, mereka tak segan segan menjauhi berbagai tindakan yang bisa saja membuat mereka tergoda untuk ikut berdamai dengan dunia remaja yang dihiasi dengan berPacaran.
Mungkin bisa dikatakan bahwa tidak semua orang yang berpacaran akan langsung terjun dalam dunia perzinahan dengan melakukan hubungan yang tidak sepantasnya layaknya hubungan sepasang suami istri, namun ketika jalan bersama sudah menjadi hal yang dianggap biasa, maka berduaan ditempat sepi pun akan menjadi hal yang perlu dicoba dan pada akhirnya lama kelamaan akan menjurus ke pada sesuatu yang lebih parah lagi.
Itulah mengapa Allah mengatakan dalam Firmannya “Janganlah kalian mendekati Zina karena zina adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk” (QS. Al-Isra [17]: 32)
Mungkin kita sempat bertanya tentang mengapa Allah tidak secara Gamblang mengatakan jangan berzina, itu tidak lain karena tidak ada pasangan yang baru kenalan langsung otw berzina.
Terlebih dahulu mereka melewati beberapa tahap, yang mungkin hanya berawal dari sebuah tatapan kemudian senyuman, salaman, Chatingan, jalan jalan, berduaan, dan pada akhirnya? Kita tidak tahu langkah selanjutnya.
Karena Bagaimana pun yakinnya kita dalam hubungan yang dikenal dengan istilah pacaran yang tidak akan keluar batas, yakinlah Nafsu dan godaan Iblis akan jauh lebih besar dibanding apa yang kita yakini itu.
Maka tak heran jika kadang kita menemukan kasus kasus perzinahan yang dilakukan oleh mereka yang bisa dibilang paham dengan Hukum Perzinahan. Bukankah manusia bisa saja Khilaf?
Saya masih ingat beberapa waktu yang lalu ketika seorang teman datang ke kost. Karena sudah jam empat sore, maka seperti biasanya dia akan dijemput oleh seorang lelaki yang diakuinya sebagai pacar. Waktu itu saya cuman nyahut
“Abang sudah datang jemput?”
Bibirnya menampakkan senyuman tipis sambil menjawab
“Tidaklah. Saya bawa motor sendiri”
“terus abangnya kemana?” tanyaku yang bisa dibilang cukup kepo (ingin tahu)
“Kan bulan Ramadhan, tidak boleh berboncengan, pokoknya di bulan Ramadhan ini saya dan abang tidak berboncengan dulu takut nanti pahala puasanya berkurang”
Dari percakapan itulah saya berpikir bahwa ada waktu waktu tertentu dimana kita dengan mudahnya men-setting tindakan untuk berhenti sekejap dalam melakukan sesuatu yang bisa dibilang melanggar Agama.
Dan selain itu? saya kembali berpikir bahwa apakah benar berpacaran di Bulan Ramadhan akan membuat puasa kita makruh atau pahala puasanya berkurang? Sejujurnya saya tidak tahu banyak tentang hal itu, yang saya ketahui ialah dengan berpacaran akan mendorong kita untuk membuka tindakan tindakan lainnya yang bisa dibilang mengarah pada perzinahan.
Dan setelah melakukan beberapa pencarian mengenai dalil, mungkin sangat tidak asing lagi mengenai sabda Nabi yang mengatakan bahwa
“Wahai para pemuda! Barangsiapa yang sudah memiliki kemampuan (Biologis maupun materi), maka menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu (menikah), maka hendaklah dia berpuasa karena hal itu menjadi benteng baginya” (HR. Bukhari dan muslim )
Dari hadits tersebut tak bisa dipungkiri lagi bahwa dengan berpuasa akan membentengi diri dari kobaran Syahwat dan nafsu, maka wajar jika nabi menganjurkan bagi para pemuda yang masih tak sanggup untuk menikah untuk mencari aman dengan cara berpuasa.
Masih membahas tentang berpacaran di Bulan Puasa, jika pada asal muasalnya berpacaran adalah tindakan yang memang tidak diperbolehkan, lantas bagaimana hukumnya di bulan Ramadhan? Jelas tak ada perubahan, malah dengan hal ini akan melipat gandakan dosa yang dilakukan dari pacaran itu sendiri.
Seperti yang disebutkan oleh Mustafa bin Saad Al Hambali dalam kitab Mathalib Ulin Nuha “Kebaikan dan keburukan (Dosa) dilipatgandakan pada tempat yang mulia seperti Mekkah, Madinah, Baitul Maqdis dan di Masjid. Pada waktu yang mulia seperti hari Jumat, Bulan bulan Haram dan Ramadhan”
Dan dosa dari berpacaran dapat dilihat dari mana? Hal ini dipertegas dari berpacaran pastinya tidak pernah lepas dengan zina, sekalipun zina yang dimaksud bukan zina yang langsung terjun pada hubungan intim seperti yang dilkukan oleh para pasangan suami istri.
Bahkan dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah Saw., bersabda “Setiap anak adam telah ditakdirkan mendapat bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa dielakkan. Zina kedua mata dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan dengan berbicara. Zina tangan dengan meraba (menyentuh), zina kaki dengan melangkah, zina hati dengan menginginkan dan berangan angan, lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR. Muslim no, 6925)
Sedangkan bahaya dari Zina itu sendiri dipertegas dalam sebuah hadits
Dikatakan dari Ibnu Abud dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar Ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Abu Bakar Ibnu Abu Maryam dari Al-Haisam Ibnu Malik At-ta’i, dari nabi Saw yang telah bersabda “Tiada suatu dosa pun sesudah mempersekutukan Allah yang lebih besar disisi Allah dari pada Nuftah (Air Mani) seorang lelaki yang diletakkannya di dalam Rahim yang tidak halal baginya.