PORTALMAKASSAR.COM – Sampah masih menjadi persoalan serius bagi sejumlah masyarakat. Bagaimana tidak, Indonesia menjadi penyumbang sampah di laut terbesar kedua di dunia setelah China.
Tentu hal tersebut menjadi perhatian khusus yang harus diperhatikan oleh sejumlah pihak. DPRD Kota Makassar melalui Sekretariat DPRD Kota Makassar menggelar dialog bersama warga Kecamatan Bontoala, Jl. Tinumbu Raya, Kamis (30/10).
Dalam dialog yang mengusung tema “Pengelolaan Sampah yang Berwawasan Lingkungan”, menghadirkan sejumlah narasumber seperti Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar, Iskandar, Anggota Komisi C DPRD Makassar Andi Pahlevi, Akademisi UNM Rusdi.
Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Makassar, Andi Pahlevi mengatakan, volume produksi sampah di Makassar selalu berakhir di TPA Tamangapa.
Penggunaan berbagai jenis sampah digunakan, mulai dari botol plastik hingga kantong plastik selalu berakhir di tempat sampah lalu diangkut oleh truk sampah.
“Karena paling tidak, ada informasi yang kita sampaikan ke masyarakat bahwa persoalan sampah itu seperti ini, jangan terlalu sering membuang sampah, jangan terlalu sering memproduksi sampah sekarang juga saya lihat kita lihat sama-sama di kawasan komersil itu sampah sudah mulai dipisah,” ujarnya.
Namun, kata Pahlevi, untuk mengurangi penggunaan sampah khususnya sampah plastik sangat dimungkinkan.
“Sekarang kita harus bisa memilah yang mana bisa kita manfaatkan dan bernilai ekonomi. Jadi kita mulai bisa meninggalkan pola lama yang langsung buang di TPA,” kata dia.
“Ada sampah plastik dan sampah organik dan sampah lainnya itu juga salah satu upaya bagaimana bisa meminimalisir sampah sampah yang kita semua produksi,” sambungnya.
Sementara itu, Akademisi Universitas Negeri Makassar, Rusdi mengatakan, untuk meminimalisir penggunaan sampah plastik, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh, salah satunya adalah ecobrick atau pengganti batu bata yang bernilai ekonomis.
Untuk membuat ecobrick, kata Rusdi bisa menggunakan botol plastik sebagai medianya. Lalu memasukkan sisa-sisa sampah, mulai dari jenis sampah halus hingga sampah yang berbahan kasar.
Kemudian sisa sampah yang dikumpulkan, dimasukkan kedalam botol hingga memiliki berat dan bobot yang sama.
“Mengolah ecobrick, pengganti batu bata menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Dia mengandung zat metan, supaya tidak keluar. Itu juga merupakan salah satu langkah yang ramah lingkungan dan dapat nilai ekonomis juga,” tutupnya.
Muh. Ervin Saputra